SITI BADRIAH (NIM 22105020033) LULUS S1 SAA 3 TAHUN 3 BULAN 28 HARI
Foto dengan tim penguji
Siti Badriah, NIM 22105020033) berhasil meluluskan studinya di Prodi S1 Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan kalijaga Yogyakarta dengan masa studi hanya 3 tahun, 3 bulan, dan 28 hari. Menulis tugas akhir berjudul “Makna Simbolik Arsitektur Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta, di bawah bimbingan antropolog agama Dr. Ahmad Salehuddin, MA, Siti Badriah berhasil mempertahankan hasil penelitiannya di hadapan tim penguji Munaqosyah Dr. Ahmad Salehuddin, MA., Drs. Rahmat fajri, M,Ag., dan Dr. Siti Khadijah Nurul Aula, M.Ag., pada Jumat 28 Nopember 2025 dengan nilai A (95) dan dinyatakan lulus Cum Laude.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta sebagai ruang religius sekaligus simbol identitas budaya komunitas Banjar yang telah menetap di Yogyakarta sejak masa awal berdagang di Pasar Beringharjo. Masjid ini bukan hanya tempat peribadatan, melainkan juga representasi akulturasi antara budaya Banjar, budaya Jawa, dan nilai-nilai Islam yang tercermin melalui elemen arsitekturnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna simbolik arsitektur Masjid Quwwatul Islam serta menganalisis fungsi sosial, kultural, dan historis masjid tersebut bagi komunitas Banjar di Yogyakarta dalam konteks tradisi dan modernitas.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis. Data dikumpulkan melalui observasi langsung terhadap struktur arsitektur masjid, analisis dokumen, serta wawancara dengan tokoh masyarakat dan jamaah yang memiliki pengetahuan mengenai sejarah dan perkembangan masjid. Seluruh data dianalisis secara tematik dengan memanfaatkan teori simbol Ernst Cassirer sebagai kerangka teoretis untuk memahami bagaimana elemen-elemen arsitektural berfungsi sebagai sistem simbolik yang menghubungkan pengalaman empiris dengan realitas spiritual dan identitas budaya komunitas Banjar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arsitektur Masjid Quwwatul Islam memuat simbolisme yang kaya dan berlapis, tercermin melalui elemen seperti atap tumpang talu, gunungan wayang, menara golong gilig, mihrab, mimbar, ragam hias soko guru, dan ornamen khas Banjar. Seluruh elemen ini tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga membentuk narasi identitas dan spiritualitas komunitas Banjar. Selain itu, masjid ini berperan sebagai pusat ibadah, ruang sosial, sarana pelestarian budaya, sekaligus penanda historis hubungan komunitas Banjar dengan Yogyakarta. Kehadiran fasilitas modern seperti lift, eskalator, dan sistem teknologi masjid menunjukkan bahwa masjid ini mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman tanpa meninggalkan akar tradisionalnya. Dengan demikian, Masjid Quwwatul Islam menjadi ruang simbolik yang mempertahankan kontinuitas identitas Banjar sekaligus mencerminkan akulturasi harmonis dalam konteks masyarakat multikultural Yogyakarta.