Mahasiswa S1 SAA Ikuti Dhamma Talk KDJU 2025
Dhamma Talk KDJU 2025
Yogyakarta — Sabtu, 8 November 2025, Kamadhis Dhamma Jaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta (KDJU) menggelar seminar dialogis bertajuk “Dhamma Talk KDJU 2025: From Overthinking to Mindful Living: Befriend Your Own Mind.” Tema ini diangkat dari keresahan umum yang banyak dialami generasi muda, khususnya Gen Z, tentang kecemasan dan pikiran berlebih (overthinking). Acara yang berlangsung di ruang seminar Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini dihadiri dengan antusias oleh para peserta. Dhamma Talk kali ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Bhikkhu Dhiracitto (Bhante Dhiracitto) dan Pmd. Passaddhi Ian Pasani (Romo Ian), serta dipandu oleh Pmd. Totok Tejamano, S.Ag., M.Hum. (Romo Totok) sebagai moderator yang membuat suasana diskusi terasa hidup dan penuh kehangatan.
Dalam sesi pertama, Romo Ian membuka pemaparan dengan menjelaskan akar penyebab overthinking. Menurutnya, kecenderungan itu muncul ketika seseorang memiliki ekspektasi yang tidak terpenuhi. “Kita sering kali ingin mendapatkan sesuatu, dan ketika tak tercapai, pikiran kita terus berputar di sana,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa media sosial menjadi salah satu pemicu utama munculnya kecemasan, karena orang kerap membandingkan hidupnya dengan apa yang tampak di layar. “Yang kita lihat di media sosial belum tentu riil. Belum tentu para influencer benar-benar seperti yang tampak di depan kamera,” tegasnya. Romo Ian kemudian membagikan tiga langkah sederhana agar terhindar dari overthinking: 1) melihat hidup secara realistis tanpa banyak membandingkan diri, 2) tidak memaksakan diri mengerjakan terlalu banyak hal, serta 3) mengurangi waktu scrolling media sosial. “Fokuslah terhadap apa yang kita kerjakan dan pastikan itu bermanfaat,” pesannya.
Sesi selanjutnya diisi oleh Bhante Dhiracitto yang membuka dengan kisah tentang seorang pekerja yang selalu dihantui kekhawatiran akan masa depan. “Si pekerja selalu khawatir bahkan sebelum kenyataan itu tiba, ia sudah lebih dulu takut dan cemas terhadap hal yang belum tentu terjadi, padahal ketika waktu yang dikhawatirkannya datang, ternyata tidak seburuk yang dibayangkan, ia justru merasa lega dan bahagia,” ujarnya. Dari kisah tersebut, Bhante Dhiracitto menekankan bahwa manusia sering kali justru dihukum oleh pikirannya sendiri. Bhante Dhiracitto menjelaskan bahwa akar kecemasan umumnya bersumber dari tiga hal: masa lalu, masa depan, dan ucapan orang lain. Ia mengingatkan pentingnya untuk hidup berkesadaran di saat ini, tanpa terlalu larut dalam penyesalan atau kekhawatiran. “Menyesali masa lalu itu baik, tapi jangan berlebihan. Seperti bulan yang tertutup awan gelap, ia akan kembali bersinar saat awan menyingkir,” tuturnya penuh makna. Lebih lanjut, Bhante mengajak peserta untuk tidak mudah goyah oleh komentar atau penilaian orang lain. “Kalau kita hidup hanya untuk pujian, maka kita juga akan hancur oleh celaan, padahal hidup ini isinya pujian dan celaan, semua akan datang silih berganti,” ujarnya. Ia menekankan bahwa kebahagiaan sejati bersumber dari diri sendiri, bukan dari penilaian luar.
Bhante Dhiracitto juga menyampaikan pesan menyentuh tentang pentingnya menghargai hidup. “Jangan menyerah hanya karena celaan dari orang lain. Ingatlah, ada orang tua yang telah berjuang keras membesarkanmu,” pesannya. Menurutnya, hidup tidak selamanya berada di bawah, semua akan berlalu seiring waktu.
Menutup sesinya, Bhante Dhiracitto menegaskan tiga kunci utama dalam menjalani kehidupan: Dhana, Sila, dan Meditasi sebagai fondasi dalam membangun ketenangan dan keberhasilan. “Khawatir, takut, dan berpikir adalah hal yang wajar. Yang berbahaya adalah ketika pikiran itu menjadi berlebihan hingga menguasai hidup kita,” pungkas Bhante Dhiracitto menutup dengan tenang.
Acara Dhamma Talk berakhir dengan suasana reflektif dan penuh kehangatan. Para peserta tampak mendapatkan pencerahan baru mengenai cara menghadapi kecemasan dan membangun kesadaran diri dalam kehidupan sehari-hari. Melalui seminar ini, Kamadhis Dhamma Jaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta (KDJU) berharap generasi muda dapat belajar untuk lebih bersahabat dengan pikirannya sendiri dan menjalani hidup dengan lebih sadar, tenang, dan penuh makna.